top of page
Blog: Blog2

TERIMA KASIH TELAH DATANG

Selamat datang di Blog saya, blog pertama dan yang paling saya tunggu untuk menuangkan ide dan pengalaman saya disini. Tunggu kelanjutannya dan terima kasih sudah hadir

Blog: Welcome
Untitled

Christopher McCandless

Happiness is onlys real when shared

Blog: Quote
  • Writer's pictureWilliam Stefanus

Makanan Tradisional Rusia

Betapa bahagianya kita sebagai manusia bisa mencicipi beragam banyak makanan yang berbeda-beda. Di setiap daerah, akan berbeda beda cita rasa tentunya. Menurut saya pribadi, saya sangat bersyukur kepada Tuhan, karena Dialah yang memberikan kita hikmat akal budi untuk berkreasi, berbeda dengan makluk lainnya, jika kita lihat dan bandingkan diri kita dengan hewan, apakah ada spesies yang memiliki menu makanan yang seberagam seperti kita? Pohon apalagi, makanan utamanya hanya nutrisi di tanah dan karbon monoksida di udara. Lucu tentunya bila saya membandingkan hal-hal ini, tetapi nyatanya itulah yang terjadi. Mempunyai kesempatan untuk pergi menuju tempat asing yang notabene-nya jarang orang Indonesia untuk datangi sangatlah menantang bagi saya, selain adaptasi suhu, bahasa dan budaya, makanan menjadi hal yang menarik bagi saya untuk ditelusuri disini, setelah satu bulan saya menetap disini, banyak hal yang saya temukan jauh berbeda dan menarik untuk dibahas disini.


Salah satu kantin di Southern Federal University

Di era modern seperti ini, gampang sekali bagi kita untuk menemukan berbagai makanan dari berbagai negara. Setidaknya di Indonesia saya gampang sekali menemukan makanan dari negara lain, seperti : Ramen – Jepang, Kimchi – Korea, Burger - Amerika Serikat, Dimsum – China, Ratatouille – Prancis, Kebab –Turki, Pizza-Itali, Biryani-India, dan lain-lainnya. Tetapi apakah anda penasaran bagaimana rasa makanan asli Russia? Saya pikir bahwa, dari negara-negara yang saya sebutkan diatas, masing-masing dari mereka mempunyai makanan khas mereka sendiri, dan tidak bisa dipungkiri kita semua pernah memakannya atau minimal pernah mendengar. Tetapi apakah anda tidak penasaran dengan bagaimana rasa makanan di negara paling besar di dunia? Saingan utama Amerika Serikat selama berpuluh-puluh tahun, negara yang dikenal dengan banyak kontroversi dan tingkah lucu masyarakatnya yang sering kita temui dalam video-video di internet? Saya sendiri sedari dulu penasaran bagaimana budaya kuliner dan cita rasa makanan di Rusia, dan beruntung sekali saya bisa melihat dan mencicipi secara langsung di Rusia, meskipun anda tidak dapat mengalaminya secara langsung, tetapi saya harap saya bisa menjabarkannya sebaik mungkin, mungkin salah satunya dengan cara membandingkan rasa nya dengan makanan yang saya biasa makan di Indonesia. Perlu saya beritahu dari awal, bahwa saya bukan presenter makanan atau sebagainya, tetapi saya akan berusaha.



Borscht (борщ) adalah semacam sup yang disajikan hangat, entah mengapa setiap saya memesan Borscht, warnanya selalu merah dengan lapisan minyak yang tebal diatasnya. Yang saya ingat, sup ini berisi bermacam-macam bahan, ada salah satu candaan teman saya disini, Borscht dan sup lainnya disini memiliki banyak bahan, apapun yang bergerak dan bisa dimakan, akan dimasukan di sup dan dimakan. Entah itu benar atau tidak, tetapi sejauh ini memang benar banyak sekali bahan-bahan yang saya temui, seperti : bawang, sawi, tomat, wortel, seledri, daging sapi, buah zaitun, potongan lemon, kornet daging, kubis, dan masih banyak lagi bahan-bahan yang saya temukan di dalamnya, saya sendiri lupa untuk mencatat. Mungkin makanan di Indonesia yang saya bilang paling dekat dengan Borscht adalah, sayur sop sapi. Memang terlihat jauh, karena memang tidak ada yang seperti ini di Indonesia, rasanya lebih gurih entah mengapa, lebih banyak minyak mungkin, teksturnya pun lebih kental, dan yang paling membedakan adalah adanya cairan putih yang ditaruh diatas Borscht, yaitu Smetana. Smetana juga tidak pernah saya temui di Indonesia, orang-orang disini menyebutnya Sour Cream, mungkin hal yang paling dekat yang saya bisa bayangkan adalah yogurt atau mayonnaise. Harganya berkisar 70-90 Ruble (Rp. 14.500-19.000) mungkin terasa agak mahal untuk sekedar sup.


Borsht (kiri bawah) beserta makanan tradisional lainnya

Blini adalah makanan kedua yang saya temukan disini. Hari ketiga saya disini, saya langsung menanyakan makanan tradisional Rusia, dan langsung saja 2 teman lokal saya mengantarkan saya ke restoran Blini di tengah kota, ternyata orang lokal disini sangat senang bila kita ingin mengetahui budaya dan kehidupan di Russia, khususnya di kota Rostov-on-Don. Blini sebenarnya menurut saya pribadi sama seperti crepe yang biasa dijual di Indonesia, tetapi tentu ada bedanya. Kulit Blini manis, sangat lunak dan relative tebal, mungkin seperti pancake, tetapi kulit ini dipakai untuk membungkus isiannya. Isian dari Blini sangat beragam, mulai dari daging, sayuran, buah-buahan bahkan campuran dari ketiganya, anda bisa memesan isian sesuai dengan selera. Blini sangat disukai orang lokal disini, meskipun bukanlah makanan utama, tetapi lebih kepada makanan cemilan dan penutup. Bahkan Blini instan pun tersedia di seluruh supermarket yang saya temui. Saya juga sering membeli Blini beku di supermarket sebagai bekal atau cemilan malam hari, cukup murah menurut benak saya. Untuk Blini beku cukup 130 Ruble(Rp. 29.000), saya bisa mendapatkan 6 potong Blini ukuran sedang, untuk Blini dengan ukuran yang lebih besar dan dijual di Restoran, harganya bervariasi, seingat saya, varian yang saya beli seharga 150 Ruble (Rp. 33.000), tetapi ukurannya sangat besar.


Blini, crepe tradisional Rusia

Salad adalah makanan yang biasa disajikan disini, sangat beragam dan murah harganya. Mungkin berbeda dengan kebiasaan masyarakat kita. Tetapi beberapa kali saya temui, di acara makan bersama dengan salah satu keluarga lokal, di restoran tradisional, bahkan di kantin sekolah, kebanyakan dari mereka pasti membawa semangkuk salad. Mungkin itulah mengapa sangat banyak sekali varian salad dan harganya sangat murah. Rasanya pun berbeda, mereka selalu menyajikan salah yang sudah direbus terlebih dahulu, atau memfermentasikannya dengan gula, bahkan ada yang memfermentasikannya dengan Beetroot (Bit merah) sehingga warnanya pun sangat merah. Satu lagi yang membuat salad disini berbeda, mereka seringkali menambahkan keju yunani (Greek Cheese) diatas salad, dan juga menambahkan banyak minyak di dalam salad. Seperti yang saya sudah bilang, harganya murah, hanya 30 Ruble (Rp. 6.500)


Salad tradisional (kanan kedua dari atas) dan Kompot (kanan atas)

Kompot, ini adalah minuman tradisional yang sangat unik menurut saya. Bisa terbuat dari apricot, stroberi, apel, ceri, dan buah-buahan lainnya yang bisa ditemui disini. Buah tersebut hanya direbus dan diberikan gula, disajikan dingin atau hangat, sesuai dengan keadaan cuaca. Sangat mudah prosesnya tetapi hanya saya temui disini, mungkin saya akan mencoba membuatnya di Indonesia nanti. Tetapi perlu diingat, buah-buahan yang saya sebutkan diatas sebagai bahan pembuatan Kompot sangat mudah ditemui disini, otomatis harganya pun sangat murah, berbeda dengan di Indonesia yang harganya sangat mahal, sangat saying rasanya bila hanya dipakai sebagai minuman-rebus. Melimpahnya bahan dan mudahnya proses pembuatan menurut saya menjadikan harga Kompot menjadi murah, berkisar 20-35 Ruble (Rp. 4.500-7.500)


0 comments

Recent Posts

See All
bottom of page